Posted by : Andika Rabu, 18 November 2015


Siapa sangka di Desa Kemal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember ditemukan serangkaian peninggalan benda Megalithikum. Bangunan-bangunan seperti Dolmen, Sarkhofagus, dan beberapa benda yang disebut sebagai batu kenong (karena bentuknya menyerupai alat musik kenong) tersebar di sepanjang area persawahan dan perkampungan warga. Lokasi penemuan benda-benda prasejarah tersebut tidaklah berjauhan. Tidak jarang pula situs batu kenong berada di sekitar pekarangan warga.
Lokasi pertama yang menjadi kunjungan adalah kantor desa Kamal. Di halaman kantor tersebut berjejer batu kenong yang memiliki bentuk berbeda. Ada yang memiliki tonjolan satu dan ada yang bertonjolan 2. Apa makna di balik bentuk tersebut belum diketahui secara pasti oleh sejarawan. Yang jelas panemuan situs tersebut memberikan sedikit angin segar mengenai keberadaan manusia purba pada zaman pra sejarah. Lokasi selanjutnya ialah rumah pak Dirman. Di pekarangan rumah beliau terdapat beberapa bangunan seperti Dolmen (meja batu) yang fungsinya sebagai tempat meletakkan sesajen pada zaman megalithikum, sarkhofagus (kubur batu) yang berfungsi sebagai tempat menguburkan batu. “Dahulu waktu saya masih muda, di dalam kuburan batu itu tersimpan emas-emasan, kalung sebesar paha orang dewasa, gelang, sehingga banyak di jarah orang-orang. Lalu saya usir mereka.”ujar Pak Dirman. Usia pak Dirman yang menginjak 50 tahun tetap semanagat ketika berkisah kepada saya dan kawan-kawan saat mengadakan observasi situs bersejarah tersebut.
Religious
Menurut Sartono Kartodirdjo dalam buku Sejarah Nasional Indonesia jilid 1, dijelaskan bahwa bangunan-bangunan seperti Dolmen, sarkhofagus diyakini memiliki sebagai simbol religious pada zaman megalithikum. Bangunan tersebut sebagai alat berintersaksi dengan roh nenek moyang terkait dengan kepercyaan animisme dan dinamisme. Sedangan batu kenong yang memiliki tonjolan yang berbeda yakni 1, 2, dan 4 apakah juga terkait dengan hal tersebut.
Marak pencurian
Situs-situs bersejarah sangat rentan untuk dicuri oleh orang yana tidak bertanggung jawab. Harga yang mahal, membuat benda-benda purbakala tersebut rentan sebagai bahan pencurian. Menurut pak Dirman, benda-benda tersebut banyak yang dicuri sehinngga jumlahnya menjadi sedikit. Tak jarang pencuri tega menggali lubang situs-situs tersebut guna mencari perhisan di dalamnya. Hal ini dapat nyata oleh karena di tempat-tempat penemuan hasil megalithikum (lebih-lebih dalam kuburan jaman itu) banyak sekali didapatkan mank-manik dan alat-alat dariperubggu dan adakalnya alat-alat berupa besi.(R. Soekimono,1973:72). Marilah kita jaga banguna bersejarah tersebut sebagai aset masa depan nak cucu kita. Bangsa yang bjak adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © Rienda Handayani -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -